Makalah_Rokok

MEROKOK! Haram…………..

Merokok mengganggu kesehatan, banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun. Laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, jumlah perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun (Tandra, 2003: 1-4).

1.  Sejarah Merokok

Ketika Christoper Colombus mendarat pertama kali tahun 1482 di kepulauan Karibia, dia melihat upacara ritual Nyigar dari suku Indian yang sedang menghirup asap dari tumpukan daun tembakau lewat sebuah pipa, Nyigar atau menghisap asap tembakau, kala itu bagi orang Indian menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan. Konon, asap itu berkhasiat dan dapat memberikan semangat. Colombus mengutus anak buahnya mencari tahu dari mana mereka mendapatkan tumbuhan tembakau (Muchtar, 2005: 20).

2.  Komponen Rokok

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5 x 109 pp. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. Berikut ini disajikan gambar tentang komponen rokok:

rokok

Gambar . Komponen Rokok

(Sumber: http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

Komponen utama rokok (Komite Nasional Penanggulangan Merokok, 2006: 1-3), terdiri dari:

a.    Tar, mengandung bahan kimia yang beracun, sebagai senyawa yang merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker.

b.   Karbon Monoksida (CO), gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah (Tandra, 2003: 1-4).

c.    Nikotin, salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, tidak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah (Tandra, 2003: 1-4).

2.  Jenis paparan rokok

Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang tidak merokok di sekitarnya. Perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit (Tandra, 2003: 1-4).

  1. Bahaya merokok

a.    Dampak paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Obstruksi Paru Menahun (PPOM). Dikatidakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma (Tandra, 2003: 1-4).

b.   Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer (Tandra, 2003: 1-4).

c.    Penyakit (stroke)

Penyumbatan pembuluh darah otidak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Tandra, 2003: 1-4).

d. Dampak ekonomi kesehatan

Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara. Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah (Tandra, 2003: 1-4).

Daftar Pustaka

Tandra, 2003. Merokok dan Kesehatan. Surabaya: Berita KOMNAS PMM http://www.antirokok.or.id [Akses: 30 Juni 2003].

Muchtar, A.F.,  2005. Matikan Rokok Hidupkan Semangat: Jalan Menuju Hidup Sehat Bermakna. Bandung: Penerbit Amanah Publishing House.

Tesis_Rokok

HUBUNGAN ANTARA KEANGGOTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN KEBIASAAN MEROKOK

ABSTRACT

Naniek Darwati, Nim: P 100 040 123. Relation Between of Health Insurance Membership  with Current Smoker.  A Thesis Submitted for The Masters Program in Management with Concentration in Health Economics, Postgraduate Program, Muhammadiyah University Surakarta,  2007.

Health represent the human right and at the same time represent the human resource invesment, and also have the big contribution to increase The Human Development Index (HDI). Therefore become an compulsion for everyone to look after, to improving and protecting health for the shake of prosperity entire Indonesian society.  Target of this research is to know the relation between Health Insurance Membership  and current smoker in Surakarta city.

This study was analytic-observational, using cross sectional approach. The study was done in Surakarta City, population in this research is society in Surakarta City, analysed with sampel counted 100 responders. Statistical analyses in this research by The logistic multiple regression, using program of SPSS Version 13.0

The study results showed: (1). The Health Insurance Membership (OR = 5,83; CI 95 = 1,63 – 20,90), (2). Junior/Senior high school graduate (OR = 0,68; CI 95 = 0,07 – 6,52); and College graduated (OR = 1,19; CI 95 = 0,11 – 12,38); ( 3). Income Family, (OR = 0,36; CI 95 = 0,13 – 0,99); (4). Sex, (OR = 1; CI 95 = 0,00 – 0,00); and (5). Age, (OR = 2,29; CI 95 = 0,85 – 6,15).

This study concludes that relation between of health membership insurance with the current smoker. Insurance membership improve the possibility six bigger to times have the current smoker compared to which insurance nonmember, after considering confounding factors: education, family earnings, gender and age. Suggested by smoker to stop smoking.

____________________________________________________________________

Key words: Society, the Health Insurance Membership, Current smoker

Makalah Kesehatan_DB

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue

Penyakit demam berdarah

Demam Berdarah adalah salah satu penyakit infeksi yang serius dan  dikenal pula dengan sebutan DBD (Demam Berdarah Dengue).  Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Indrawan, 2001). Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina, dkk, 2005).

Penyakit ini mulanya lebih sering menyerang anak-anak, dibanding orang dewasa ataupun kaum remaja. Tapi kini sudah merata, bisa menyerang siapa saja tanpa batasan usia (Indrawan, 2001).  Demam berdarah dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan 30% kasus dapat menyebabkan kematian (Sani, 1999).  Secara global di dunia dari 2 miliar orang sebanyak 100 juta terserang Demam berdarah dan  sebanyak 100.000 orang mengalami kematian di India DBD menjadi endemi di derah perkotaan maupun pedesaan (Gore, 2005).

Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Menurut para ahli, virus dengue termasuk di dalam grup flavi virus dari famili Togaviridae Serotype (golongan protein darah). Virus ini ada empatb yaitu; DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di Indonesia antara lain di Jakarta dan Yogyakarta (Indrawan, 2001; Kristina, dkk, 2005).

Gejala

Tanda dan gejala demam dengue menurut Sani (1999) adalah :

1).       Panas tinggi

2).       Ingusan, batuk, mata merah

3).       Sakit kepala, sakit pada daerah sekitar mata, sakit pada tulang belakang, sakit di seluruh persendian dan otot

4).       Diare

5).       Kemerahan di kulit

6).       Depresi

7).       Muntah-muntah dan sakit pada daerah perut dalam 2-4 hari kemudian

8).       Mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah di kulit (perdarahan) spontan di kulit, muntah darah, pengeluaran darah dari dubur (kotorannya lembek dan berwarna hitam).

Pada gejala dini demam dengue biasanya sama dengan gejala flu, sehingga sering kali menimbulkan kesalahan karena disangka flu.

Tatalaksana penyakit Demam Berdarah Dengue

Perjalanan penyakit DBD terbagi atas 3 fase (Satari, 2004):

1). Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari

2).  Fase kritis/bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48 jam

3). Fase penyembuhan (2-7 hari)

5.  Penularan

Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Virus dengue dalam darah selama 4-7 hari mulai  1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk  temasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1  minggu  setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik). Virus akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya (Dinas Kesehatan Propinsi Jateng, 2004).

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia (Kristina, dkk,  2005).

Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah penderita yang berada pada fase demam (viremik) akut penyakit. Setelah masa eksentrik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak penyakit itu, yang ditandai dengan demam, sakit kepala,  mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah, dan ruam kulit (Widyastuti, 2005).

Upaya pencegahan penyakit DBD

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu (Kristina, dkk, 2005; Soeparmanto, 2000):

a.   Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

Sebagai contoh:

1).    Menguras bak mandi/penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu.

2).  Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

3).  Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

4).  Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

b.  Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

c.  Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan (Kristina, dkk, 2005):

1).     Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

2).     Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

3).     Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,  mengolesi tubuh dengan lotion anti nyamuk dan lain-lain.

7.    Derajat penyakit DBD

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat

a.  Derajat I            :   Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.

b.  Derajat II           :   Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan cair.

c.  Derajat III          :   Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.

d.  Derajat IV         :   Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Adanya thrombositopenia disertai hemokonsentrasi membedakan DBD derajat I/ II dengan demam dengue. Pembagian derajat penyakit dapat juga dipergunakan untuk kasus dewasa.

Makalah Kesehataan_Imunisasi

IMUNISASI

1.   Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.  Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya,  perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001).

Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian  sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari  penyakit-penyakit menular dan berbahaya  bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).

b. Jenis imunisasi wajib

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari: (Sri Rezeki, 2005)

1). BCG (Bacille Calmette Guerin)

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia  2 – 3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan.

BCG tidak dapat diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

2). Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.

Seorang wanita hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak 3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian hari.

3).  DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung.

Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.” Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak.

Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 – 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.

Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi.

4). Polio

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun.

5). Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

c.  Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi

No

Jenis Imunisasi

Bulan

1 2 3 4 5 6 9 15
1 Hepatitis B I II III
2 BCG X
3 DPT I II III
4 Polio I II III IV
5 Campak X

Sumber: Program pengembangan imunisasi Depkes (Markum, 2002)

d. Manfaat  imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan  yang tinggi bila anak sakit. Di dunia selama tiga dekade  United Nations Childrens Funds (UNICEF)  telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak,  Pertusis,  Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et  al., 2001).

Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak  merupakan salah satu sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika  pada abad 20. Sejarah mencatat di Amerika Serikat  terdapat empat jenis imunisasi yang berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000).

Skripsi_Perawat

PENGARUH JENIS PEMBAYARAN TERHADAP MUTU  ASUHAN KEPERAWATAN   PASIEN RAWAT INAP DI  RSU  PANDAN  ARANG KABUPATEN BOYOLALI

ABSTRAK

Toyib Handayani. J210030046. Pengaruh Jenis Pembayaran Terhadap Mutu  Asuhan    Keperawatan   Pasien Rawat Inap di  Rumah Sakit Umum  Pandan  Arang Kabupaten Boyolali. Skripsi,  Surakarta: Fakultas Kedokteran,  Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005.

Latar belakang penelitian ini adalah Total jumlah pasien rawat jalan sebesar 16.014 orang pasien menurun dibanding tahun 2004 sebanyak  14.770 orang pasien dengan selisih 1.244 orang pasien atau menurun sebesar 7,8 %. Total jumlah pasien rawat inap pada tahun 2003 sebesar 67.568 orang pasien menurun dibanding tahun 2004 sebanyak 62.063 orang pasien dengan selisih 5.505 orang pasien atau turun sebesar  8,9 %. Penurunan jumlah pasien tersebut apakah ada faktor yang dipicu dari mutu asuhan keperawatan menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan di RSU Pandan Arang Boyolali semakin berkurang.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang Pengaruh Jenis Pembayaran Terhadap Mutu  Asuhan    Keperawatan   Pasien Rawat Inap di  Rumah Sakit Umum  Pandan  Arang Kabupaten Boyolali.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap dan perawat Rumah Sakit Umum Pandan Arang Boyolali. Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah random sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah  regresi linier ganda logistik.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan mutu asuhan keparawatan antara pasien Asuransi Kesehatan dan Swadana (OR = 1,10; CI 95%: 0,31 -3,89). Perbedaan kelas/ruangan rawat inap berpengaruh terhadap  mutu asuhan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan di kelas II dua setengah kali lebih baik dari pada kelas III (OR= 2,39; CI 95%: 0,89 – 6,41). Mutu asuhan di kelas I enam kali lebih baik daripada kelas III (OR = 5,75; CI 95%: 2,57 – 12,87)

Kesimpulan dan saran, tidak ada perbedaan mutu pelayanan asuhan keperawatan terhadap metode pembayaran. Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan agar secara umum disarankan kepada pasien rawat inap agar mengambil ruang/kelas sesuai dengan kemampuannya.

Skripsi FKIP

PERANAN   LAYANAN    INFORMASI    BIDANG   KARIR  SENI  DAERAH  DALAM   MENINGKATKAN   PRESTASI   BELAJAR   SENI   DAERAH SISWA KELAS II  SEKOLAH MENENGAH  PERTAMA  NEGERI 25 SURAKARTA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2004/2005

ABSTRAK

Sri Handayani Budi Astuti. Peranan Layanan Informasi Bidang Karir  Seni Daerah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Daerah Siswa Kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi,  Sukoharjo: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,  Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Pebruari 2005

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh antara layanan informasi bidang karir seni daerah terhadap peningkatan prestasi belajar seni daerah siswa kelas II SMP Negeri 25 Surakarta Tahun Pelajaran 2004/2005. Sejalan dengan tujuan tersebut, penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas II SMP Negeri 25 Surakarta  tahun pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 217 siswa dan terdiri dari 6 kelas. Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah tehnik cluster random sampling sebanyak 2 kelas yaitu kelas II A sebanyak 39 siswa sebagai kelompok eksperimen   dan kelas II B sebanyak 39 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data pada penelitian ini tes (pre-tes dan pos-tes). Teknik analisis yang digunakan adalah Uji Beda Mean (Uji-t).

Hasil penelitian menunjukkan: Ada pengaruh pemberian layanan informasi bidang karir seni daerah terhadap prestasi belajar seni daerah siswa kelas II SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari thitung (2,05)  > t tabel (ttabel antara  1,67 dan 1,66).  Selain  rata-rata peningkatan prestasi belajar kelompok eksperimen lebih besar ( 0,908) dibandingkan rata-rata peningkatan prestasi belajar kelompok kontrol (0, 682).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa  pemberian layanan informasi bidang karir seni daerah lebih efektif dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar seni daerah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan agar guru bidang studi seni daerah secara efektif dapat  mendorong siswanya memperluas pengetahuan dan wawasan untuk pengembangan seni daerah  dalam hal ini seni tari di kota Surakarta.

PTK_Bahasa Indonesia

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNING)

(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah

Pertama 3 Colomadu Kabupaten Karanganyar)

Oleh: DEVINA ARIA SARI (2009)

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah Assisted learning mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan kognitif individu. Perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan teman sebaya, orang dewasa atau orang lain dalam lingkungannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar membaca mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2007/2008 melalui model pembelajaran asistensi. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri, guru bahasa Indonesia yaitu Ibu Rominah dan siswa kelas  VII E SMP Negeri 3 Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran dengan metode pembelajaran asistensi mampu meningkatkan motivasi anak untuk gemar membaca sebesar 46,6% dan 1,5% atau rata-rata meningkat 24 %. Dengan melihat antusiasme anak dalam membaca menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran asistensi mampu meningkatkan motivasi anak untuk gemar membaca dengan peningkatan 24% perbulan. Peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus awal terhadap siklus akhir menunjukkan peningkatan sebesar 10% dan 8% atau rata-rata 9%.

Kesimpulan yang diperoleh dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: (1) Penerapan metode assistensi meningkatkan minat terhadap pelajaran membaca Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008 sebesar 24% dan (2) Prestasi belajar membaca siswa  dengan pemberian metode asistensi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Colomadu Karanganyar Tahun pelajaran 2007/2008 meningkat sebesar 9%.

____________________________________________________________________

Kata Kunci: Model pembelajaran, asistensi, prestasi siswa meningkat

Penelitian Tindakan Kelas

PEMBERIAN METODE UMPAN BALIK DENGAN MENUMBUHKAN RASA SENANG DAN NYAMAN BELAJAR MATEMATIKA, SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 6 PADA KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DI SD NEGERI PLALAN 2 KEC. SERENGAN KOTA SURAKARTA

Oleh: SUWARTO, S.Pd

SD NEGERI PLALAN 2 SURAKARTA 2006

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sayangnya, untuk mencapai tujuan mulia tersebut masih ditemui banyak hambatan. Masalah pokok berkaitan dengan pendidikan yang banyak disoroti adalah soal rendahnya mutu pendidikan. Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan ditunjukkan oleh rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Pada konteks pelajaran Matematika khususnya di Sekolah Dasar (SD) rendahnya prestasi belajar tidak hanya pada aspek kemampuan untuk mengerti matematika sebagai pengetahuan, tetapi juga aspek rendahnya sikap terhadap matematika. Pada aspek sikap siswa, selama ini banyak siswa yang menganggap pelajaran Matematika sebagai momok yang menakutkan. Hal ini berkaitan dengan karakteristik Matematika yang abstrak, sehingga siswa kurang berminat tehadap pelajaran Matematika sehingga prestasi belajarnya rendah.

Berkaitan dengan materi matematika yang abstrak, maka pembelajaran matematika juga harus disesuaikan dengan perkembangan anak SD. Hal ini diungkapkan ahli pendidikan matematika Dr H Djaali dari IKIP Jakarta saat dikukuhkan sebagai guru besar tetap pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP Jakarta (Kompas, 6 Mei 1999). Menurut Djaali, pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan perkembangan kesiapan intelektual anak. Juga perlu kesesuaian antara banyaknya materi yang ada dalam kurikulum dengan alokasi waktu yang tersedia dan disesuaikan dengan perkembangan intelektual atau struktur kognitif dan pengalaman belajar yang telah diperoleh anak.

Selain materi yang abstrak, kelemahan pengajaran Matematika di SD selama ini juga belum mengarah kepada permasalahan sederhana di lingkungan anak. Menurut Dr Ida Karnasih, MSc dri IKIP Medan (Kompas, 17 Mei 1999) pengajaran matematika di SD seharusnya mengarah kepada problem solving dengan mengambil contoh-contoh sederhana yang terjadi dalam keseharian lingkungan si murid. Bukan sebaliknya, mengajarkan formula-formula, rumus-rumus atau hafalan-hafalan yang mengarahkan murid bukan kepada pemahaman atau pengertian konsep matematika, seperti yang dialami murid SD selama ini. Itu sebabnya mereka kesulitan dan sering tidak mengerti makna konsep yang diajarkan. Padahal, matematika itu harus konkret dalam penerapan konsepnya.

Banyak pakar mengungkapkan, sumber daya manusia (guru) merupakan faktor kunci keberhasilan pengajaran. Dalam pembelajaran Matematika guru merupakan kunci utama keberhasilan. Faktor sumber daya manusia (guru), merupakan komponen utama dalam pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak pembelajaran di sekolah. Soal pengajaran matematika sangat berkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Persoalannya, di sini di samping guru tidak mampu karena memang kurang belajar, juga disebabkan kurangnya penghargaan terhadap guru secara finansial.

Selama ini banyak yang mengklaim akibat minimnya kesejahteraan, menyebabkan guru tidak bisa mengembangkan diri sehingga tidak kreatif. Masih banyak guru yang mengajar tidak menarik (hanya teacher telling). Guru aktif mentransfer pengetahuan dan siswa hanya menerima secara pasif. Selain itu padatnya kurikulum juga menyebabkan guru sulit mencoba berbagai variasi metode pembelajaran sehingga terkesan membosankan di depan siswa. Hal ini akan menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika atau bahkan tidak menyenangi mata pelajaran tersebut, sehingga prestasi belajarnya rendah.

Kondisi ini juga banyak penulis alami di tempat tugas penulis yaitu di SD Negeri Plalan 2 Kecamatan Serengan Surakarta. Untuk itu penulis berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan melakukan pendekatan pembelajaran dengan pemberian umpan balik sehingga dapat menumbuhkan minat dan rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika.

B. Permasalahan

1. Masalah.

Berdasarkan hasil belajar, pengamatan dan fenomena sehari-hari yang penulis temui masalah yang ada di SD Plalan 2 Kecamatan Serengan adalah sebagian besar siswa kelas 6 tidak senang dan kurang berminat terhadap pelajaran matematika sehingga hasil belajarnya rendah.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan masalah yang ada penulis berusaha mengajukan alternatif pemecahan masalah tersebut dengan metode umpan balik (pendekatan kasih sayang dan tutor sebaya) untuk menumbuhkan rasa senang terhadap pelajaran matematika.

3. Ruang Lingkup

Mengingat luasnya cakupan materi pelajaran Matematika penulis hanya membatasi pada materi pembagian dan perkalian pada siswa kelas 6.

4. Perumusan Masalah

Apakah dengan pemberian umpan balik dapat menumbuhkan minat dan rasa senang terhadap pelajaran Matematika pada siswa kelas 6 SD Plalan 2 Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun pelajaran 2005/2006?

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah instrumen dipersiapkan, maka langkah awal penelitian tindakan kelas adalah memberikan tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa. Dari hasil tes awal tersebut siswa telah mencapai nilai tuntas belajar 52,38%, dengan rata-rata sebesar 4,93. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika diberikan angket. Dari angket diperoleh data awal yaitu sebesar 23,81% siswa minat terhadap pelajaran matematika. Jadi siswa yang masih kurang minat sebesar 76,19%. Dari data awal di atas dapat digunakan sebagai nilai awal siswa sebelum dilakukan tindakan kelas. Maka selanjutnya kami uraikan hasil penelitian tindakan kelas untuk memecahkan masalah rendahnya nilai matematika melalui strategi metode pembelajaran umpan balik dan menumbuhkan belajar nyaman dan menyenangkan.

  1. Siklus I

Pembelajaran umpan balik dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan diamati kepala sekolah sebagai observer. Pada penelitian tindakan kelas pada siklus I sebagai berikut:

1. Hasil penelitian

Peneliti melakukan pembelajaran seperti dalam program semester, siswa sudah diberikan materi hingga semester II. Hal ini untuk mengkondisikan bahwa semsester II tinggal pengulangan dan drill terhadap materi yang ada.

Pada siklus I, prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan pada tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Minat belajar Siswa, Ketuntasan belajar dan rata-rata ulangan harian pada siklus I

No

Uraian

Sebelum PTK

Siklus I

Peningkatan

1.

Minat belajar

23,81%

47,62%

100,00%

2.

Ketuntasan

52,38%

76,19%

45,45%

3.

Rata-rata

4.93

5.20

5,47%

2. Pembahasan

Setelah diperiksa ternyata terjadi peningkatan minat belajar siswa dari 5 anak (23,81 %) menjadi 10 anak (47,62 %), peningkatan ketuntasan belajar dari 11 anak (52,38%) menjadi 16 anak (76,19%), dan peningkatan rata-rata dari 4,93 menjadi 5,20.

3. Kesimpulan

Dengan berakhirnya tindakan kelas pada siklus I disimpulkan sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan minat siswa terhadap pelajaran matematika sebesar 100%

b. Rerata hasil belajar siswa meningkat sebesar 5,47%

c. Siswa mencapai ketuntasan belajar meningkat mencapai 45,45%

d. Siswa aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga suasana menjadi konduktif.

4. Refleksi

Untuk menyusun rencana tindakan kelas pada siklus II, perlu refleksi tindakan pada siklus I. Dari hasil diskusi guru mata pelajaran dengan kepala sekolah pada akhir kegiatan siklus I diperoleh masukan sebagai berikut:

a. Konsep dasar perkalian dan pembagian belum dikuasai sebagaian besar siswa secara matang.

b. Latar belakang orang tua siswa yang cenderung apatis dan menyerahkan tanggungjawab sepenuhnya kepada sekolah terhadap kemajuan prestasi belajar anak-anaknya.

c. Siswa mayoritas masih belum senang dengan matematika

  1. Siklus II

Pada siklus II guru mata pelajaran masih melakukan langkah-langkah pemecahan masalah pada siklus I ditambah ditambah penekanan pada tindakan kelas pada siklus II. Langkah-langkah yang diambil sebagai berikut:

1. Mengadakan pengulangan materi pelajaran kelas dibawahnya

2. Memberikan materi matematika dengan prinsip dari mudah ke sukar, dari sederhana ke komplek, dan dari abstrak ke kongkrit.

3. Membentuk tutor sebaya yang bertugas memberikan bimbingan kepada teman yang belum menguasai konsep perkalian dan pembagian.

4. Guru memfasilitasi dengan peraga benda kongkrit untuk dihubungkan ke dalam kehidupan sehari-hari (pembelajaran bermakna).

5. Guru mendesain materi yang belum dikuasai siswa, setelah melakukan indentifikasi.

Untuk mengetahui hasil tindakan kelas pada siklus ke II dipaparkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian

Dari jawaban kuesioner yang diisi oleh siswa dan pengamatan oleh guru terlihat pada Tabel 2, berikut ini:

Tabel 2. Minat belajar Siswa, Ketuntasan belajar dan rata-rata ulangan harian pada siklus II

No

Uraian

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Peningkatan

Prestasi

1.

Minat belajar

47,62%

71,43%

49,98%

2.

Ketuntasan

76,19%

85,71%

12,50%

3.

Rata-rata

5,20

5,79

11,35%

2. Pembahasan

Setelah diperiksa ternyata terjadi peningkatan minat belajar siswa dari 10 anak (47,62 %) menjadi 15 (71,43%), peningkatan ketuntasan belajar dari 16 anak ( 76,19 %) menjadi 18 anak ( 85,71 %), dan peningkatan rata-rata dari 5,20 menjadi 5,79.

3. Kesimpulan

Dengan berakhirnya tindakan kelas pada siklus I disimpulkan sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan minat siswa terhadap pelajaran matematika sebesar 49,98%.

b. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 11,35%.

c. Siswa mencapai ketuntasan belajar meningkat mencapai 12,50%.

d. Siswa lebih bergembira dan tidak merasa takut dalam pembelajaran di kelas sehingga suasana menjadi nyaman dan kondusif.


D. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dengan judul: PEMBERIAN METODE UMPAN BALIK DENGAN MENUMBUHKAN RASA SENANG DAN NYAMAN BELAJAR MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 6 PADA KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DI SD NEGERI PLALAN 2 KEC. SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2005-2006, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Terjadi peningkatan minat siswa terhadap pelajaran matematika sebesar 200% dibandingkan sebelum diadakan penelitian tindakan kelas.

    2. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 17,44% dibandingkan sebelum diadakan penelitian tindakan kelas.

    3. Siswa mencapai ketuntasan belajar meningkat mencapai 63,63% dibandingkan sebelum diadakan penelitian tindakan kelas.

    4. Terjadi peningkatan prestasi belajar akhir USDA dari peringkat 189 pada tahun 2004-2005 dengan rata-rata 6,30 menjadi peringkat 168 pada tahun 2005-2006 dengan rata-rata 6,58 di wilayah Kota Surakarta.

    Dari beberapa kesimpulan tersebut dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa melalui pemberian metode umpan balik dengan menumbuhkan rasa senang dan nyaman belajar matematika diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SD N Plalan 2 Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

    DAFTAR PUSTAKA

    ______, 2003. UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

    DePorter dan Hernacki, 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa

    Kompas, 1999. Materi Pelajaran Matematika SD Terlalu Abstrak dan Rumit. Kamis, 6 Mei 1999 Jakarta www.kompas.com Akses: 20 Oktober 2003.

    Mursell & Nasution, 2002. .Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Sinar Grafika Offset..

    Tabrani, dkk. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Tondowidjojo, 1985. Kunci Sukses Pendidik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Tesis MM

    ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH,          LINGKUNGAN KERJA DAN USIA TERHADAP KINERJA GURU SENI TARI SMP NEGERI DI KOTA SURAKARTA

    ABSTRACT

    Priyati Umiyatun, 2006. Analysis of Influence of Leadership of Situasional Headmaster, Environmental Work and Age [of] To Artistic Teacher Performance Dance the SMP Country [in] Town Surakarta. Thesis of Program of Study of Magister Management, Program of Pascasarjana of University of Slamet Riyadi, Surakarta.

    Research Background [is] in course of teacher education have the very important role as efficacy determinant of[is target of education, besides other energy kependidikan, because direct teacher relate to the participant educated. Many factor anticipated influence the performance learn for example less adequate teacher education storey;level and lower the nya of teacher prosperity. In this time many teacher which have education [to] [of] below/under master and teacher teaching disagree with its membership area. Problem of teacher prosperity which still lower till now also always become the fundamental issue, so that teacher cannot develop its ability, because have to fulfill the life requirement which excelsior.

    Target of this research is to know ( 1). influence of leadership of situasional headmaster to teacher performance dance the SMP Country [in] Town Surakarta, ( 2). environmental influence work to teacher performance dance the SMP Country [in] Town Surakarta, ( 3). age influence to artistic teacher performance dance the SMP Country [in] Town Surakarta, and ( 4). influence of leadership of situasional headmaster, environmental work and age to artistic teacher performance [of] SMP Country [in] Town Surakarta by together.

    This research represent the research survey the. this Research population [is] artistic teacher dance the SMP Country [in] Town Surakarta. summed uply [is] sampel [of] counted 54 people. Variable tied in this research [is] artistic teacher Performance dance, and free Variable [is] leadership of situasional headmaster, environmental work and responder age. data Diolah by using Program of SPSS Version 12 with the analysis regresi

    Result of research show; ( 1) Leadership of situasional headmaster have the influence positip to artistic teacher performance dance. Result of research indicate that progressively goodness of headmaster leadership [of] hence there [is] tendency progressively artistic teacher performance goodness dance the ( B = 0,245), ( 2). [There] no environmental influence work to artistic teacher performance dance the ( B = 0,087), ( 3). Responder age have the negative influence to artistic teacher performance dance. Result of research indicate that progressively getting old artistic teacher dance, hence downhill progressively its performance ( B = – 0,165),  (4). There [is] influence of leadership of situasional headmaster, environmental work and old age to artistic teacher performance dance by together. most dominant influence to artistic teacher performance dance [is] leadership of situasional headmaster.

    This research conclude, ( 1) There [is] influence of headmaster leadership to artistic teacher performance dance, ( 2). [There] no environmental influence work to artistic teacher performance dance, ( 3). There [is] influence of responder age to artistic teacher performance dance, ( 4). There [is] influence of leadership of situasional headmaster, environmental work and old age to artistic teacher performance dance by together. Suggested that Require to be [done/conducted] [by] research with the broader coverage with the variable which is the more

    Keyword: artistic Teacher Performance dance the, factors influencing, mounting.

    Tesis MPd

    HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA  GURU SAINS  (PA)

    SMP  NEGERI DI  KABUPATEN   SUKOHAR

    ABSTRACT

    Bambang Sugiri, NIM: Q100 040 112. Relationships Assessment’s Teacher to Headmaster Leadership With The Performance The Science Teacher (Natural Science) of Public Junior High School in Sukoharjo Regency. Thesis Submitted for Master Program in Management with Concentration in Education System, Postgraduate, Muhammadiyah University of Surakarta, 2006.

    Background, result of survey of Mathematics, Physics and other Science by UNESCO in 43 states to children  have age been15 year, in the reality Indonesia occupy the very low level with Brazil and Peru. Result of the survey give the indication that there is some factor which still very require to be corrected to yield quality of the science study in general and physics especially.

    The purpose of this research are to know the relation which significance among Headmaster transformational leadership and Headmaster situational leadership with the performance of Science Teacher (Natural Science) of Public Junior High School in Sukoharjo Regency.

    This Research represents the analytic survey research also referred by a clarification research (explanatory study). This research is done on Public Junior High School in Sukoharjo Regency, executed in August to September 2006. This Research population is all Science teacher (Natural Science) of Public Junior High School Sukoharjo Regency, consisted of by the Physics and Biological teacher’s are counted 205 people. Sample Research are counted 100 responder, used the simple random sampling technique. Statistic test used to analyze this research data, by the multiple linear regression with SPSS Version 13..

    Result of research show there are: (1) significance correlation between Headmaster transformational leadership with The science teacher performance (Natural Science)  of Public Junior High School in Sukoharjo Regency (r = 0,443 and p = 0,000); (2) significance correlation between Headmaster situational leadership with The science teacher performance (Natural Science) of Public Junior High School in Sukoharjo Regency (r = 0,260 and p = 0,004); (3) Headmaster transformation leadership represent the most dominant factor relate to The science teacher performance (Natural Science) of Public Junior High School in Sukoharjo Regency.

    Suggestionof this research are: science teacher shall to improve the performance’s by upgrading study with developing skilled, use computer and internet, often write the journal science, research activity, making physic appliance, etc. The Headmaster’s shall to improve tranformational leadership to increase performance’s teacher.

    Keyword: Headmaster – Leadership – The science teacher performance.